Liturgical Calendar

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA 14 Juni 2016 : MENDOAKAN MUSUH KITA DAPAT MENYEMBUHKAN HATI KITA

Bacaan Ekaristi : 1Raj 21:17-29; Mzm 51:3-4,5-6a,11,16; Mat 5:43-48

Di jalan Kristen "tidak ada tempat untuk kebencian" : jika, sebagai "anak-anak", orang-orang percaya ingin "menyerupai Bapa", mereka tidak harus terbatas pada "ketentuan hukum", tetapi sebaliknya mereka harus menghayati "perintah kasih" setiap hari. Mampu "mendoakan musuh-musuh mereka" : itu adalah "langkah terakhir" yang kalian harus daki, yang diperlukan untuk menyembuhkan "hati yang terluka oleh dosa". Itulah yang dikatakan Paus Fransiskus dalam homilinya selama Misa harian Selasa pagi, 14 Juni 2016, di Casa Santa Marta, Vatikan. Beliau mencatat bahwa Yesus, menjungkirbalikkan gagasan "sesama", datang untuk "menyempurnakan" hukum. Bahkan, Paus Fransiskus mengatakan, Yesus "tidak datang untuk membatalkan hukum", karena musuh-musuh-Nya menuduh-Nya melakukannya, tetapi "menyempurnakannya". Semuanya "hingga iota terakhir".

Pada saat itu, para ahli Taurat memberi "penjelasan yang terlalu teoritis, bagaikan studi kasus". Itu adalah suatu visi, Paus Fransiskus menjelaskan, "yang tidak termasuk inti hukum, yang adalah kasih" yang diberikan "kepada kita" oleh Allah. Pusatnya bukan lagi "perintah terbesar" dalam Perjanjian Lama - "mengasihi Allah dengan segenap hatimu, dengan segenap kekuatanmu, dengan segenap jiwamu, dan sesamamu seperti dirimu sendiri" - melainkan sebuah studi kasus yang berusaha hanya untuk memahami : "Bisakah kamu melakukan ini? Hingga titik apa kamu bisa melakukan ini? Dan jika kamu tidak bisa?".

Yesus, oleh karena itu, "mengambil inspirasi dari perintah-perintah", berusaha memulihkan "arti sebenarnya dari hukum agar menyempurnakannya". Dengan cara ini, misalnya, berkaitan dengan perintah kelima, Ia mengingatkan : "Telah dikatakan : 'Jangan membunuh'. Ini benar! Tetapi jika kamu menghina saudaramu, kamu sedang membunuh". Artinya, Paus Fransiskus menjelaskan, bahwa "ada banyak bentuk, banyak cara membunuh". Dengan cara ini "Ia memurnikan hukum". Dan lagi, Ia mengatakan : "Dan kepada orang yang hendak mengadukan engkau karena mengingini bajumu, serahkanlah juga jubahmu. Dan siapa pun yang memaksa engkau berjalan sejauh satu mil, berjalanlah bersama dia sejauh dua mil!". Yesus selalu meminta sesuatu yang "lebih murah hati", Paus Fransiskus mengatakan, karena "kasih lebih murah hati ketimbang ketentuan hukum".

"Karta" peningkatan ini tidak hanya "untuk penyempurnaan hukum, tetapi ia berkarya untuk penyembuhan hati". Dalam perikop-perikop Injil yang di dalamnya Yesus melanjutkan penjelasan-Nya tentang perintah-perintah, Paus Fransiskus mengatakan, "adalah sebuah proses penyembuhan untuk hati yang terluka oleh dosa asal". Ia adalah sebuah perjalanan yang diusulkan untuk semua orang, karena "kita semua mempunyai hati yang terluka oleh dosa, semua orang". Dan karena Yesus menganjurkan agar kita menjadi "sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna", agar "menyerupai Bapa", dalam rangka menjadi "anak-anak" yang sesungguhnya kita memang harus mengikuti "jalan penyembuhan ini".

Terinspirasi oleh perikop Injil dalam liturgi hari, dari Injil Matius (5:43-48), - yang di dalamnya Yesus berkata : 'Kamu telah mendengar firman: Kasihilah sesamamu manusia dan bencilah musuhmu'", dan kemudian menambahkan : "Tetapi Aku berkata kepadamu, Kasihilah musuhmu" - Paus Fransiskus menunjukkan bahwa di jalan ini "tidak ada tempat untuk kebencian". Kuk bahkan dinaikkan lebih tinggi : ketimbang, Yesus "membawa kita untuk memberi lebih banyak kepada saudara-saudara kita dan sahabat-sahabat kita", dan sekarang bahkan "kepada musuh-musuh kita". Bahkan, "langkah terakhir anak tangga" menuju pemulihan membawa bersamanya rekomendasi ini : "Berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu".

Perintah ini - "mendoakan musuh-musuh kita" - bisa menjatuhkan kita, oleh karena "luka yang kita semua miliki dalam hati kita", kita secara alamiah menginginkan "sesuatu yang sedikit buruk" terhadap musuh yang memfitnah kami, misalnya. Sebaliknya, "Yesus mengatakan kepada kita : 'Tidak, tidak! Doakanlah dia dan lakukanlah penebusan dosa baginya'".

Dalam hal ini, Paus Fransiskus ingat bagaimana ketika beliau masih kecil beliau mendengar seseorang berbicara tentang "salah satu diktator besar dunia setelah perang", dan orang ini berkata : "Semoga Allah membawanya ke neraka sesegera mungkin". Meskipun hati memberi perasaan ini segera, perintah baru sebagai gantinya mengatakan : "Doalkanah dia". Tentu saja, Paus Fransiskus menambahkan, "lebih mudah mendoakan orang yang jauh, menjauh, seorang diktator yang menjauh, daripada mendoakan mereka yang telah menyakiti saya". Namun inilah tepatnya apa yang "Yesus minta dari kita".

Orang mungkin bertanya : "Mengapa begitu banyak kemurahan hati, Tuhan". Yesus memberikan jawaban tepatnya dalam Injil : jadilah "anak-anak Bapamu yang di sorga". Jika "Bapa berbuat" demikian, kita dipanggil untuk berbuat hal yang sama agar menjadi "anak-anak". "Penyembuhan hati" ini, dengan kata lain, "membawa kita untuk menjadi anak-anak". Dan apa yang Bapa lakukan? "Ia menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar", karena "Ia adalah Bapa dari semua orang".

Orang mungkin keberatan, bertanya : Apakah Allah juga Bapa "dari penjahat itu, atau diktator itu?". Jawabannya jelas: "Ya, Ia adalah Bapa mereka! Sama seperti ia adalah Bapa saya! Ia tidak pernah menyangkal kebapaannya!". Dan jika kita ingin "menyerupai" Dia, kita harus mengambil "jalan ini". Bahkan, Yesus menyimpulkan wacana-Nya dengan mengatakan : "Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna". Dengan kata lain, Paus Fransiskus menjelaskan, kita ditawarkan "sebuah jalan yang tidak memiliki akhir", karena "setiap hari kita harus melakukan sesuatu".

Dalam hal ini Paus Fransiskus mengusulkan "sebuah hal praktis", menanyakan pada diri sendiri : "Apakah aku mendoakan musuh-musuhku atau apakah aku akan mengharapkan sesuatu yang buruk untuk mereka?". Cukuplah memikirkannya selama "lima menit, tidak lebih", bertanya : "Siapakah musuh-musuhku, yang telah menyakitiku, siapakah yang tidak kusukai atau siapakah yang daripadanya aku menjauh? Siapakah mereka? Apakah aku mendoakan mereka?". Biarkanlah semua orang "memberikan jawaban", kata Paus Fransiskus. Beliau mengakhiri : "Semoga Tuhan memberi kita rahmat mendoakan musuh-musuh kita; mendoakan mereka yang menginginkan kita sakit, yang tidak mengasihi kita; mendoakan mereka yang menyakiti kita, yang menganiaya kita ", menggunakan "nama lengkap mereka". Kita akan melihat bahwa doa ini akan membawa dua buah : musuh kita "akan bertambah baik, karena doa penuh kuasa"; dan doa "akan membuat kita lebih sebagai anak-anak Bapa".

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.