Liturgical Calendar

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA KANONISASI BEATA TERESA DARI KALKUTA 4 September 2016

Bacaan Ekaristi : Keb. 9:13-18; Mzm. 90:3-4,5-6,12-13,14,17; Flm. 9b-10,12-17; Luk. 14:25-33

"Siapakah dapat memikirkan apa yang dikehendaki Tuhan?" (Keb 9:13). Pertanyaan dari Kitab Kebijaksanaan yang baru saja kita dengar dalam Bacaan Pertama ini menunjukkan bahwa hidup kita adalah sebuah misteri dan bahwa kita tidak memiliki kunci untuk memahaminya. Selalu ada dua tokoh utama dalam sejarah : Allah dan manusia. Tugas kita adalah memahami panggilan Allah dan kemudian melakukan kehendak-Nya. Tetapi untuk melakukan kehendak-Nya, kita harus bertanya kepada diri kita sendiri, "Apa kehendak Allah dalam hidupku?"

Kita menemukan jawabannya dalam bagian yang sama dari Kitab Kebijaksanaan : "Kepada manusia diajarkan apa yang berkenan pada-Mu" (Keb 9:18). Dalam rangka untuk memastikan panggilan Allah, kita harus bertanya kepada diri kita sendiri dan memahami apa yang berkenan pada Allah. Pada banyak kesempatan para nabi menyatakan apa yang berkenan pada Allah. Pesan mereka menemukan sebuah perpaduan yang luar biasa dalam kata-kata "Aku menghendaki belas kasihan dan bukan persembahan" (Hos 6:6; Mat 9:13). Allah berkenan terhadap setiap tindakan belas kasihan, karena dalam saudara atau saudari yang kita bantu, kita mengenali wajah Allah yang tidak dapat dilihat seorang pun (bdk. Yoh 1:18). Setiap kali kita membungkuk untuk kebutuhan saudara dan saudari kita, kita memberikan Yesus sesuatu untuk dimakan dan diminum; kita memberi pakaian, kita membantu, dan kita mengunjungi Putra Allah (bdk. Mat 25:40).

Dengan demikian kita dipanggil untuk menerjemahkan ke dalam tindakan-tindakan nyata apa yang kita mohonkan dalam doa dan akui dalam iman. Tidak ada alternatif untuk amal : orang-orang yang menempatkan diri mereka pada pelayanan orang lain, bahkan ketika mereka tidak mengetahuinya, adalah orang-orang yang mengasihi Allah (bdk. 1 Yoh 3:16-18; Yak 2:14-18). Tetapi, kehidupan Kristen, tidak hanya mengulurkan tangan pada saat-saat dibutuhkan. Jika hanya ini, ia dapat merupakan, tentunya, sebuah ungkapan yang indah dari kesetiakawanan manusia yang menawarkan manfaat-manfaat langsung, tetapi ia mandul karena ia kekurangan akar. Tugas yang Tuhan berikan kepada kita, sebaliknya, adalah panggilan untuk amal yang di dalamnya setiap murid Kristus menempatkan seluruh hidupnya pada pelayanan-Nya, sehingga bertumbuh setiap hari dalam kasih.

Kita mendengar dalam Injil, "banyak orang berduyun-duyun mengikuti Yesus dalam perjalanan-Nya" (Luk 14:25). Hari ini, "banyak orang" itu terlihat dalam sejumlah besar relawan yang telah datang bersama-sama untuk Yubileum Kerahiman. Kalian adalah banyak orang itu yang mengikuti Sang Guru dan yang menjadikan terlihat kasih-Nya yang nyata bagi setiap orang. Saya ulangi untuk kalian kata-kata Rasul Paulus : "Dari kasihmu sudah kuperoleh kegembiraan besar dan kekuatan, sebab hati orang-orang kudus telah kauhiburkan" (Flm 1:7). Berapa banyak hati telah dihibur oleh para relawan! Berapa banyak tangan telah mereka pegang; berapa banyak air mata telah mereka hapus; berapa banyak kasih telah dicurahkan di dalam pelayanan yang tersembunyi, rendah hati dan tanpa pamrih! Pelayanan yang terpuji ini memberikan suara kepada iman dan mengungkapkan belas kasih Bapa, yang semakin dekat dengan orang-orang yang membutuhkan.

Mengikuti Yesus adalah sebuah tugas yang sungguh-sungguh, dan, pada saat yang sama, tugas yang dipenuhi dengan sukacita; ia membawa tantangan dan keberanian tertentu untuk mengenali Sang Guru ilahi dalam yang termiskin dari orang-orang miskin dan memberikan dirinya dalam melayani mereka. Untuk melakukannya, para relawan, yang demi kasih Yesus melayani orang-orang miskin dan orang-orang yang membutuhkan, tidak mengharapkan terima kasih atau imbalan apapun; malahan mereka meninggalkan semua ini karena mereka telah menemukan kasih sejati. Sama seperti Tuhan telah datang untuk menemui saya dan telah membungkuk ke tingkatan saya pada saat saya perlu, demikian juga saya pergi untuk menemui-Nya, membungkuk rendah di hadapan mereka yang telah kehilangan iman atau yang hidup seolah-olah Allah tidak ada, di hadapan orang-orang muda tanpa nilai-nilai atau gagasan-gagasan, di hadapan keluarga-keluarga dalam krisis, di hadapan orang-orang sakit dan orang-orang yang terpenjara, di hadapan para pengungsi dan para imigran, di hadapan orang-orang lemah dan tak berdaya dalam tubuh dan jiwa, di hadapan anak-anak yang ditinggalkan, di hadapan para lansia yang sendirian. Di mana pun seseorang sedang menggapai, meminta uluran tangan untuk bangkit, inilah tempat kehadiran kita - dan kehadiran Gereja yang menopang dan menawarkan harapan - harus.

Bunda Teresa, dalam semua aspek hidupnya, adalah penyalur kerahiman ilahi yang murah hati, menjadikan dirinya tersedia untuk semua orang melalui penyambutan dan pembelaannya bagi hidup manusia, bayi-bayi dalam kandungan dan orang-orang yang ditinggalkan dan dicampakkan. Ia berkomitmen untuk membela kehidupan, dengan tak henti-hentinya menyatakan bahwa "bayi-bayi dalam kandungan adalah orang-orang yang paling lemah, orang-orang yang paling kecil, orang-orang yang paling rentan". Ia membungkuk di hadapan orang-orang yang terkapar, yang dibiarkan mati di tepi jalan, melihat di dalam diri mereka martabat mereka yang diberikan Allah; ia membuat suaranya terdengar di hadapan para penguasa dunia ini, sehingga mereka bisa mengenali kesalahan mereka karena kejahatan kemiskinan yang mereka ciptakan. Bagi Bunda Teresa, belas kasihan adalah "garam" yang memberi rasa untuk karyanya, belas kasihan adalah "terang" yang bersinar dalam kegelapan banyak orang yang tidak lagi memiliki air mata untuk ditumpahkan karena kemiskinan dan penderitaan mereka.

Perutusannya hingga pinggiran kota dan keberadaan tetap bagi kita hari ini sebuah kesaksian yang fasih bagi kedekatan Allah terhadap yang termiskin dari orang-orang miskin. Hari ini, saya menyampaikan sosok perempuan dan pelaku hidup bakti yang melambangkan ini kepada seluruh dunia para relawan: semoga ia menjadi sokoguru kekudusan! Semoga sang pekerja kerahiman yang tak kenal lelah ini membantu kita untuk semakin memahami bahwa kriteria satu-satunya untuk tindakan kita adalah kasih yang cuma-cuma, bebas dari setiap ideologi dan segala kewajiban, yang ditawarkan secara cuma-cuma kepada semua orang tanpa membedakan bahasa, budaya, ras atau agama. Bunda Teresa suka mengatakan, "Mungkin aku tidak berbicara bahasa mereka, tetapi aku bisa tersenyum". Marilah kita membawa senyumannya dalam hati kita dan memberikannya kepada orang-orang yang kita temui sepanjang perjalanan kita, terutama orang-orang yang menderita. Dengan cara ini, kita akan membuka peluang sukacita dan harapan bagi banyak saudara dan saudari kita yang putus asa dan yang berdiri membutuhkan pengertian dan kelembutan.

*****

TEKS RESMI PENGUMUMAN BEATA TERESA SEBAGAI SANTA

Untuk menghormati Tritunggal Mahakudus, peninggian iman Katolik dan peningkatan kehidupan Kristen, oleh otoritas Tuhan kita Yesus Kristus, dan otoritas Rasul Kudus Petrus dan Paulus, dan otoritas kami sendiri, setelah pertimbangan dan acap kali berdoa untuk bantuan ilahi, dan setelah mengusahakan nasihat dari banyak Uskup saudara kita, kami menyatakan dan menetapkan

                                                    Beata Teresa dari Kalkuta

menjadi Santa dan kami mendaftarkan dirinya di antara Para Kudus, menetapkan bahwa dengan demikian ia harus dihormati oleh seluruh Gereja. Dalam nama Bapa, dan Putra, dan Roh Kudus.

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.