Liturgical Calendar

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA 24 Oktober 2016 : ALLAH MEMANGGIL KITA UNTUK BERMURAH HATI DAN BAIK, BUKAN KAKU

Bacaan Ekaristi : Ef. 4:32-5:8; Mzm. 1:1-2,3,4,6; Luk. 13:10-17 

Paus Fransiskus memperingatkan terhadap kekakuan yang berlebihan dan mengatakan Allah memberi kita kebebasan dan kelembutan untuk bermurah hati. Itulah yang disampaikan Paus Fransiskus dalam homilinya selama Misa harian Senin pagi 24 Oktober 2016 di Casa Santa Marta, Vatikan.

Mengacu pada bacaan Injil hari itu (Luk 13:10-17) yang menceritakan ketika Yesus, yang sedang mengajar di rumah ibadat, menyembuhkan seorang perempuan yang sakit sampai bungkuk punggungnya sehingga tidak dapat berdiri lagi dengan tegak dan memicu kegusaran kepala rumah ibadat, Paus Fransiskus mengatakan "tidaklah mudah menjaga jalan yang ditunjukkan oleh Hukum Allah.

Bacaan Injil menurut Matius mengatakan kepada kita bahwa tindakan Yesus memancing kemarahan pemimpin rumah ibadat yang "geram karena Ia telah menyembuhkan perempuan tersebut pada hari Sabat" karena - beliau mengatakan - Yesus telah melanggar Hukum Allah dengan berbuat demikian pada hari Sabat yang disisihkan untuk beristirahat dan beribadah.

Dan menunjukkan bahwa Yesus menanggapinya dengan menyebut para pemimpin rumah ibadat 'orang-orang munafik', Paus Fransiskus mengamati bahwa ini adalah sebuah tuduhan yang sering dibuat Yesus bagi mereka yang mengikuti Hukum (Allah) dengan kekakuan. "Hukum - beliau menjelaskan - tidak dibuat untuk memperbudak kita, tetapi untuk membebaskan kita, untuk membuat kita menjadi anak-anak Allah".

Tersembunyi oleh kekakuan, Paus Fransiskus mengatakan, selalu ada sesuatu yang lain! Itu sebabnya Yesus menggunakan kata 'orang-orang munafik!' : "Di balik sikap kaku selalu ada sesuatu yang lain dalam kehidupan seseorang. Kekakuan bukanlah karunia Allah. Kerendahan hatilah; kebaikanlah; kebajikanlah; pengampunanlah. Tetapi bukanlah kekakuan", beliau mengatakan. Dalam banyak kasus, Paus Fransiskus melanjutkan, kekakuan menyembunyikan kepemimpinan kehidupan ganda; tetapi, beliau menunjukkan, ada kemungkinan menjadi sesuatu yang patologis.

Mengulas kesulitan-kesulitan dan penderitaan yang menimpa seseorang yang kaku maupun yang tulus, Paus Fransiskus mengatakan hal ini adalah karena mereka tidak memiliki kebebasan anak-anak Allah : "mereka tidak tahu bagaimana berjalan di jalan yang ditunjukkan oleh Hukum Allah". "Mereka tampil baik karena mereka mengikuti Hukum; tetapi mereka menyembunyikan sesuatu yang lain : mereka munafik ataupun mereka sakit. Dan mereka menderita!", kata Paus Fransiskus.

Paus Fransiskus juga mengingatkan perumpamaan anak yang hilang yang di dalamnya sang anak sulung, yang selalu berperilaku baik, marah kepada bapanya karena ia telah bersukacita menyambut kembali sang anak bungsu yang pulang ke rumah bertobat setelah menjalani kehidupan bejat. Sikap ini - Paus Fransiskus menjelaskan - menunjukkan apa yang ada di balik macam kebaikan tertentu : "kebanggaan meyakini kebenarannya".

Sang anak sulung - Paus Fransiskus mengatakan - kaku dan mengantar hidupnya mengikuti Hukum tetapi melihat bapanya hanya sebagai seorang tuan. Sang anak bungsu mengesampingkan aturan, pulang kepada bapanya dalam waktu kegelapan, dan memohon pengampunan.

"Tidaklah mudah berjalan di dalam Hukum Tuhan tanpa jatuh ke dalam kekakuan", kata Paus Fransiskus. Paus Fransiskus mengakhiri homilinya dengan doa ini : "Marilah kita berdoa untuk saudara dan saudari kita yang berpikir bahwa dengan menjadi kaku mereka sedang mengikuti jalan Tuhan. Semoga Tuhan membuat mereka merasakan bahwa Ialah Bapa kita dan bahwa Ia menyukai kerahiman, kasih sayang, kebaikan, kelembutan, kerendahan hati. Dan semoga Ia mengajarkan kita semua berjalan di jalan Tuhan dengan sikap-sikap ini".

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.