Liturgical Calendar

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA 10 November 2016 : JANGAN JADIKAN AGAMA BAGAIKAN PERTUNJUKAN KEMBANG API

Bacaan Ekaristi : Flm. 7-20; Mzm. 146:7,8-9a,9bc-10; Luk. 17:20-25

Kita orang-orang Kristen diharapkan menjaga dan memelihara harapan kita, dan tidak terpengaruh oleh agama 'pertunjukan atau hiburan' yang terus-menerus mencari hal baru dan pewahyuan, bagaikan kilatan kembang api. Itulah yang dikatakan Paus Fransiskus dalam homilinya selama Misa harian Kamis pagi 10 November 2016 di kapel Casa Santa Marta, Vatikan.

Permenungan Paus Fransiskus selama homilinya diilhami oleh Bacaan Injil liturgi hari itu (Luk 17:20-25) yang menceritakan jawaban Yesus terhadap pertanyaan orang-orang Farisi tentang kapan Kerajaan Allah akan datang. Beliau menekankan bagaimana orang-orang Kristen harus menjaga harapan setiap hari sementara menunggu kepenuhan Kerajaan Allah. Mencatat bahwa Yesus mengatakan kepada orang-orang Farisi "Kerajaan Allah ada di antara kamu", Paus Fransiskus membandingkannya dengan sebuah benih kecil yang ditanam dan tumbuh dengan sendirinya dari waktu ke waktu. Beliau menjelaskan bahwa Allah membantu benih ini tumbuh tetapi tanpa menarik perhatian terhadapnya.
"Kerajaan Allah bukanlah agama 'pertunjukan' : agama yang selalu mencari hal-hal baru, pewahyuan, pesan-pesan ... Allah berbicara melalui Yesus Kristus : inilah Sabda Allah yang terakhir. Selain itu adalah seperti kembang api yang menyala sejenak pada kalian dan kemudian apa yang tertinggal? Tidak ada. Tidak ada pertumbuhan, tidak ada terang, tidak ada apa-apa : hanya sekejap. Dan kita telah tergoda berkali-kali oleh agama hiburan ini yang mencari hal-hal yang asing terhadap pewahyuan, terhadap kelemahlembutan Kerajaan Allah yang ada di antara kita dan yang tumbuh. Karena hal ini bukan tentang harapan, ini tentang keinginan untuk memiliki sesuatu di tangan kita. Keselamatan kita berasal dari harapan, harapan seorang laki-laki yang menabur benih atau perempuan yang membuat roti, mencampur ragi dan tepung : sebuah harapan yang tumbuh. Sebaliknya, kecerahan buatan ini hanya berlangsung sesaat dan kemudian ia lenyap, seperti kembang api : kembang api tidak diperlukan untuk memberikan terang kepada sebuah rumah. Hanya sebuah pertunjukan".

Menanyakan apa yang harus kita lakukan sementara menunggu kepenuhan Kerajaan Allah, Paus Fransiskus menjelaskan bahwa kita harus menjaga dan memelihara harapan kita. "Menjaganya dengan kesabaran. Kesabaran dalam pekerjaan kita, dalam penderitaan kita ... Menjaganya seperti orang yang telah menanam sebuah benih dan yang memelihara tanaman tersebut, memastikan tidak ada gulma di dekatnya, maka ia akan tumbuh. Jagalah harapan kita. Dan di sinilah pertanyaan yang saya ajukan kepada kalian : jika Kerajaan Allah ada di antara kita hari ini, jika kita semua memiliki benih ini di dalam diri kita, jika kita memiliki Roh Kudus di sana, bagaimana saya menjaganya? Bagaimana saya membedakan hal ini, bagaimana saya bisa membedakan tanaman yang baik dari lalang? Kerajaan Allah tumbuh dan apa yang harus kita lakukan? Menjaganya. Tumbuhlah melalui harapan dan jagalah harapan itu. Karena kita telah diselamatkan melalui harapan. Dan inilah untaiannya : harapan adalah untaian dalam sejarah keselamatan. Tentunya harapan kita bertemu Tuhan".

Sebelum mengakhiri homilinya, Paus Fransiskus menjelaskan bagaimana Kerajaan Allah menjadi kuat melalui harapan. "Marilah kita bertanya kepada diri sendiri : Apakah saya memiliki harapan? Atau apakah saya berjalan maju sebisa mungkin tanpa mengetahui bagaimana mengatakan kebaikan ketimbang keburukan, benih lalang, terang, terang Roh Kdus yang lemah lembut ketimbang kecerahan hal buatan ini? Marilah kita bertanya kepada diri kita tentang harapan kita dalam benih ini yang sedang tumbuh di dalam diri kita dan tentang bagaimana menjaga harapan kita. Kerajaan Allah ada di antara kita, tetapi kita harus melalui istirahat, karya, penegasan, menjaga harapan akan Kerajaan Allah ini yang tumbuh sampai waktu ketika Tuhan akan datang dan semuanya akan berubah. Dalam sesaat : semuanya! Dunia, kita, semuanya. Dan seperti dikatakan Paulus kepada jemaat Tesalonika, 'kita akan selama-lamanya bersama-sama dengan Tuhan'".

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.