Liturgical Calendar

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA TAHBISAN USKUP PADA HARI RAYA SANTO YOSEF, SUAMI SANTA PERAWAN MARIA, DI BASILIKA SANTO PETRUS (VATIKAN) 19 Maret 2018

Saudara-saudara dan putra-putra terkasih,

Akan ada baiknya bagi kita mempertimbangkan dengan seksama tanggung jawab gerejawi yang besar yang terhadapnya saudara-saudara kita ini sedang diajukan. Yesus Kristus Tuhan kita, yang diutus oleh Bapa untuk menebus umat manusia, pada gilirannya mengutus Dua Belas Rasul ke dunia sehingga, dipenuhi dengan kuasa Roh Kudus, mereka dapat mewartakan Injil kepada semua orang dan mempersatukan mereka di bawah satu Gembala, dan agar mereka dapat menguduskan semua orang dan membimbing mereka menuju keselamatan.

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA HARI KAMIS PUTIH DI PENJARA REGINA CAELI (ROMA) 29 Maret 2018 : YESUS MEMPERTARUHKAN DIRI-NYA DENGAN MELAYANI

Bacaan Ekaristi : Kel. 12:1-8,11-14; Mzm. 116:12-13,15-16bc,17-18; 1Kor. 11:23-26; Yoh. 13:1-15.

Yesus mengakhiri pengajaran-Nya dengan mengatakan : “Aku telah memberikan suatu teladan kepada kamu, supaya kamu juga berbuat sama seperti yang telah Kuperbuat kepadamu" (Yoh 13:15) - membasuh kaki. Pada saat itu, para budak membasuh kaki : membasuh kaki adalah tugas seorang budak. Orang-orang berjalan di jalanan, tidak ada trotoar apapun; tidak ada jalanan berbatu apapun. Pada waktu itu ada debu di jalanan dan kaki orang-orang menjadi kotor. Dan, di pintu masuk sebuah rumah, ada para budak yang membasuh kaki. Dan Yesus ingin melakukan pelayanan ini, memberi kita teladan bagaimana kita harus saling melayani.

Suatu kali, ketika mereka sedang berjalan, dua orang murid yang ingin maju, bertanya kepada Yesus apakah mereka dapat menduduki kedudukan penting, satu di sebelah kanan dan yang lain di sebelah kiri (bdk. Mrk 10:35-45). Dan Yesus memandang mereka dengan kasih - Yesus selalu melihat dengan kasih - dan Ia berkata : "Kamu tidak tahu apa yang kamu minta" (ayat 38). Para pemerintah bangsa-bangsa - Yesus berkata – memerintah, telah melayani diri mereka dan baik-baik saja (bdk. ayat 42). Kita berpikir tentang masa raja-raja tersebut, masa para kaisar yang sangat kejam, yang diri mereka telah dilayani oleh para budak ... Tetapi di antara kamu - kata Yesus - tidak boleh demikian : barangsiapa ingin memerintah harus melayani. Pemerintahmu harus menjadi pelayanmu (bdk. ayat 43). Yesus menjungkirbalikkan kebiasaan sejarah, kebiasaan budaya masa itu - juga hari ini -, barangsiapa yang memerintah, jadilah pemerintah yang baik, di mana pun ia mungkin berada, harus melayani. Saya sering berpikir - bukan saat ini karena semua orang masih hidup dan memiliki kesempatan untuk mengubah kehidupannya dan kita tidak bisa menghakimi, tetapi kita memikirkan sejarah, jika banyak raja, kaisar, kepala negara telah memahami ajaran Yesus ini dan bukannya memerintah, kejam, membunuh orang, telah melakukan ini, berapa banyak peperangan yang tidak akan pernah terjadi! Pelayanan: ada, sungguh-sungguh, orang-orang yang tidak memudahkan sikap ini, orang-orang yang arogan, orang-orang yang menjijikkan, orang-orang yang mungkin menginginkan satu kejahatan, tetapi kita dipanggil bahkan untuk semakin melayani mereka. Dan ada juga orang-orang yang menderita, yang dicampakkan oleh masyarakat, setidaknya untuk satu rentang waktu, dan Yesus pergi ke sana untuk mengatakan kepada mereka : Kalian penting bagi-Ku. Yesus datang untuk melayani kita, dan tanda bahwa Yesus melayani kita di sini hari ini, di penjara Regina Caeli, yaitu Ia ingin memilih 12 orang dari kalian, sebagai 12 Rasul, untuk membasuh kaki. Yesus mengambil resiko dengan kita masing-masing. Ketahuilah ini : Yesus disebut Yesus; Ia tidak disebut Ponsius Pilatus. Yesus tidak tahu apa-apa tentang mencuci tangan-Nya : Ia hanya tahu bagaimana mengambil resiko. Pandanglah gambaran yang sangat indah ini : Yesus membungkuk di antara semak berduri, mengambil resiko terluka, menjemput domba yang hilang.

Hari ini saya, yang adalah orang berdosa seperti kalian, tetapi saya mewakili Yesus, saya adalah utusan Yesus. Hari ini, ketika saya membungkuk di hadapan kalian masing-masing, berpikir : “Yesus telah mengsmbil resiko dengan orang ini, seorang pendosa, untuk datang kepadaku dan memberitahu aku bahwa Ia mengasihiku". Inilah pelayanan; inilah Yesus : Ia tidak pernah meninggalkan kita; Ia tidak pernah lelah mengampuni kita. Ia sangat mengasihi kita. Lihatlah bagaimana Yesus mengambil resiko!

Maka, dengan kepekaan perasaan ini, kita melanjutkan dengan upacara ini, yang bersifat simbolis. Sebelum memberikan tubuh-Nya dan darah-Nya, Yesus mengambil resiko bagi kita masing-masing, dan Ia mengambil resiko dalam pelayanan karena Ia sangat mengasihi kita.

* * *

Pada salam damai, Bapa Suci mengucapkan kata-kata ini :

Dan sekarang, kita semua - saya yakin bahwa kita semua - memiliki keinginan untuk berdamai dengan semua orang. Tetapi, di dalam hati kita sering ada kepekaan perasaan yang berlawanan. Sangat mudah untuk berdamai dengan mereka yang kita kasihi dan dengan mereka yang melakukan kebaikan terhadap kita; tetapi tidak mudah untuk berdamai dengan mereka yang telah berbuat salah terhadap kita, yang tidak mengasihi kita, dengan orang yang kita musuhi. Dalam keheningan, untuk sesaat, kita masing-masing memikirkan orang-orang yang mengasihi kita dan orang-orang yang tidak kita kasihi, serta juga kita masing-masing memikirkan orang-orang yang tidak mengasihi kita dan juga mereka yang tidak kita kasihi dan juga - lebih tepatnya - orang-orang yang terhadapnya kita ingin membela diri. Dan, dalam keheningan, marilah memohonkan kepada Tuhan rahmat untuk memberikan kepada semua orang, orang baik dan orang jahat, karunia perdamaian.

[Kata-kata penutup Bapa Suci]

Berikut adalah kata-kata Bapa Suci, sebagai tanggapan atas sambutan Direktur Penjara Regina Caeli dan seorang narapidana, di akhir kunjungan ke penjara tersebut.

Anda telah berbicara tentang penampilan baru : tentang memperbarui penampilan. . . Ini bagus karena, seusia saya, misalnya, orang menderita katarak, dan orang tidak melihat dengan baik kenyataan : tahun depan kita harus menjalani campur tangan. Tetapi demikianlah terjadi dengan jiwa : karya kehidupan, kelelahan, kesalahan, kekecewaan menggelapkan penampilan, penampilan jiwa. Oleh karena itu, benarlah apa yang Anda katakan : manfaatkanlah peluang untuk memperbarui penampilan. Dan seperti yang saya katakan di Lapangan Santo Petrus [dalam Audiensi Umum kemarin] di banyak negara, tetapi juga di negara saya, ketika lonceng kebangkitan Tuhan terdengar, para ibu, para nenek membawa anak-anak untuk membasuh mata mereka sehingga mereka memiliki penampilan harapan dari Kristus yang bangkit. Jangan pernah bosan memperbarui penampilan Anda, melakukan campur tangan katarak terhadap jiwa, setiap hari, tetapi selalu perbaruilah penampilan Anda. Ini suatu upaya yang bagus.

Anda semua tahu botol anggur setengah penuh : jika saya melihatnya setengah kosong, kehidupan mengerikan, mengerikan, tetapi jika melihatnya setengah penuh, saya masih punya sesuatu untuk diminum. Penampilan yang terbuka terhadap harapan, sebuah kata yang Anda katakan dan juga Anda [Direktur] katakan; dan Anda mengulanginya beberapa kali. Orang tidak dapat membayangkan sebuah penjara seperti penjara ini tanpa harapan. Para tamu berada di sini untuk belajar, atau mendapati "taburan harapan" tumbuh : di sana tidak hanya kalimat - hanya kalimat! - tanpa kalimat tersebut terbuka terhadap harapan; sebuah kalimat yang tidak terbuka terhadap harapan tidak bersifat kristiani, kalimat tersebut tidak manusiawi!

Ada kesulitan-kesulitan dalam kehidupan, hal-hal yang mengerikan, kesedihan - orang memikirkan dirinya sendiri, ibu, ayah, istri, suami, anak-anaknya ... kesedihan tersebut mengerikan. Tetapi jangan biarkan diri Anda terpuruk : tidak, tidak. Aku berada di sini tetapi untuk disertakan kembali, diperbarui. Dan inilah harapan; menabur harapan - selalu, selalu. Inilah karya Anda : membantu menabur harapan penyertaan kembali dan hal ini akan ada baiknya bagi semua orang - selalu. Setiap kalimat harus terbuka terhadap cakrawala harapan. Oleh karena itu, hukuman mati tidak bersifat manusiawi ataupun kristiani. Setiap kalimat harus terbuka terhadap harapan; setiap kalimat harus terbuka terhadap penyertaan kembali, juga untuk berbagi pengalaman hidup untuk kebaikan orang lain.


Air kebangkitan, penampilan baru, harapan : Saya mengharapkan ini bagi Anda. Saya tahu bahwa tuan rumah Anda telah bekerja keras untuk mempersiapkan kunjungan ini, bahkan mengapur dinding. Saya berterima kasih pada Anda. Bagi saya adalah tanda kebajikan dan keramahan serta saya sangat berterima kasih. Saya dekat dengan Anda, saya mendoakan Anda, dan Anda mendoakan saya dan jangan melupakan : air yang membuat penampilan baru, dan harapan.

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA KRISMA DI BASILIKA SANTO PETRUS (VATIKAN) 29 Maret 2018 : TIGA MACAM KEDEKATAN SEORANG IMAM

Bacaan Ekaristi : Yes 61:1-3a,6a,8b-9; Mzm 89:21-22,25,27; Why 1:5-8; Luk 4:16-21.

Saudara terkasih, para imam Keuskupan Roma dan keuskupan-keuskupan lainnya di seluruh dunia!

Ketika saya sedang membaca teks-teks liturgi hari ini, saya tetap sedang memikirkan perikop dari Kitab Ulangan : “Sebab bangsa besar manakah yang mempunyai allah yang demikian dekat kepadanya seperti TUHAN, Allah kita, setiap kali kita memanggil kepada-Nya?” (4:7). Kedekatan Allah ... kedekatan kerasulan kita.

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA HARI MINGGU PALMA 25 Maret 2018

Bacaan Ekaristi : Mrk. 11:1-10; Yes. 50:4-7; Mzm. 22:8-9,17-18a,19-20,23-24; Flp. 2:6-11; Mrk. 14:1-15:47.

“Yesus memasuki Yerusalem". Liturgi mengundang kita untuk ikut serta dalam sukacita dan perayaan orang-orang yang berteriak memuji Tuhan mereka; sukacita yang akan memudar dan meninggalkan rasa getir dan dukacita pada akhir kisah Sengsara. Perayaan ini tampaknya menggabungkan kisah sukacita dan kisah penderitaan, kesalahan dan keberhasilan, yang merupakan bagian dari kehidupan kita sehari-hari sebagai para murid. Perayaan entah bagaimana mengungkapkan perasaan yang bertentangan yang juga kita, pria dan wanita saat ini, alami : kemampuan sangat mengasihi ... tetapi juga sangat membenci; kemampuan berani mengorbankan diri, tetapi juga kemampuan "mencuci tangan kita" pada saat yang tepat; kemampuan untuk setia, tetapi juga sangat mengabaikan dan mengkhianati.

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA 22 Maret 2018 : ALLAH SUNGGUH SETIA DAN TIDAK PERNAH MELUPAKAN KITA

Bacaan Ekaristi : Kej. 17:3-9; Mzm. 105:4-5,6-7,8-9; Yoh. 8:51-59.

Dalam homilinya pada Misa harian Kamis pagi 22 Maret 2018 di Casa Santa Marta, Vatikan, Paus Fransiskus menekankan bahwa Allah sungguh setia dan Ia tidak pernah melupakan kita. Dan inilah sumber utama harapan dan sukacita kristiani.

“Kasih dari lubuk hati Allah” sedemikian rupa sehingga Ia tidak akan pernah melupakan kita”. Kemudian Bapa Suci mengenang bahwa ketika masih di Argentina, bunga-bunga "jangan melupakan aku" yang ditawarkan untuk 'Hari Ibu'. Bunga-bunga tersebut memiliki dua warna : bunga berwarna biru lembut untuk para ibu yang masih hidup, dan bunga berwarna ungu untuk para ibu yang sudah meninggal.

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA 20 Maret 2018 : JIKA KAMU LETIH DENGAN PERJALANAN HIDUPMU, PANDANGLAH SALIB

Bacaan Ekaristi : Bil 21:4-9; Mzm 102:2-3.16-18.19-21; Yoh 8:21-30

"Ketika hati kita tertekan, kita harus memandang Salib. Bila kamu letih dengan perjalanan hidup, pandanglah salib". Itulah ajakan Paus Fransiskus dalam homilinya selama Misa harian Selasa pagi 20 Maret 2018 di Casa Santa Marta, Vatikan.

Paus Fransiskus mendasarkan homilinya pada Bacaan Pertama liturgi hari itu (Bil 21:4-9) yang menceritakan bagaimana orang Israel merasa jengkel di padang gurun karena perjalanan panjang dan bosan menyantap makanan yang itu-itu saja. Mereka mengeluh tentang makanan dengan mengatakan mereka akan mati di padang gurun oleh karena Allah dan Musa. Orang Israel lapar dan Tuhan menanggapinya dengan manna dan kemudian dengan burung puyuh. Terhadap kehausan orang Israel, Tuhan menanggapinya dengan air. Kemudian, ketika mereka semakin dekat dengan tanah terjanji, beberapa orang menjadi ragu karena para pengintai yang diutus Musa melaporkan sebuah tanah yang penuh dengan buah dan hewan, tetapi juga dihuni oleh penduduk yang kuat dan bersenjata. Mereka tiba-tiba merasa takut terbunuh. Paus Fransiskus mengamati, "Dengan hanya memandang kekuatan mereka sendiri, mereka melupakan kekuatan Tuhan yang telah membebaskan mereka dari 400 tahun perbudakan".

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA DI TEMPAT SUCI PADRE PIO DARI PIETRELCINA, SAN GIOVANNI ROTONDO (ITALIA) 17 Maret 2018



Dari Bacaan-bacaan Alkitab yang telah kita dengar, saya ingin mengambil tiga kata : doa, menjadi kecil, kebijaksanaan.

Doa. Injil hari ini menghadirkan kepada kita Yesus yang berdoa. Dari hati-Nya, kata-kata ini mengalir: "Aku bersyukur kepada-Mu, Bapa, Tuhan langit dan bumi, karena semuanya itu Engkau sembunyikan bagi orang bijak dan orang pandai, tetapi Engkau nyatakan kepada orang kecil" (Mat 11:25). Doa datang dari Yesus secara spontan, tetapi doa tersebut bukan manasuka : Ia sering mundur ke tempat yang sepi untuk berdoa (bdk. Mrk 1:35); Dialog dengan Bapa berada di tempat pertama. Dan murid-murid menemukan dengan cara ini, tentu saja, betapa pentingnya doa sehingga suatu hari mereka bertanya kepada-Nya: "Tuhan, ajarlah kami berdoa" (Luk 11:1). Jika kita ingin meniru Yesus, marilah kita mulai dari tempat Ia memulai, yaitu dari doa.

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA 15 Maret 2018 : DALAM BERDOA, KITA MEMBUTUHKAN KEBERANIAN DAN KESABARAN, BUKAN SOGOKAN

"Bagaimana kamu berpaling kepada Allah? Dengan kebebasan, seperti anak-anak. Beginilah cara kamu berdoa. Dengan "keberanian dan kesabaran", dengan "keterlibatan hati" kita, tidak dengan nalar "sogokan". Itulah kata-kata yang disampaikan Paus Fransiskus dalam homilinya pada Misa harian Kamis pagi 15 Maret 2018 di Casa Santa Marta, Vatikan.

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA 12 Maret 2018 : JANGAN MENJADI UMAT KRISTIANI YANG TERPARKIR

Bacaan Ekaristi : Yes 65:17-21; Mzm 30:2.4.5-6.11-12a.13b; Yoh 4:43-54.

"Jika kamu tidak melihat tanda dan mukjizat, kamu tidak percaya". Itulah keberatan yang disampaikan Yesus kepada pegawai istana yang meminta-Nya untuk menyembuhkan putranya. Orang-orang tahu bahwa Yesus telah melakukan mukjizat-mukjizat besar; dan dalam Bacaan Injil hari itu (Yoh 4:43-54), Tuhan sepertinya kehilangan kesabaran, karena mukjizat-mukjizat-Nya merupakan satu-satunya hal yang penting bagi mereka. Itulah permenungan yang disampaikan Paus Fransiskus dalam homilinya pada Misa harian pagi 13 Maret 2017 di Casa Santa Marta, Vatikan.

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA 6 Maret 2018 : ALLAH MENGAMPUNI KITA JIKA KITA MENGAMPUNI ORANG LAIN

Bacaan Ekaristi : Dan. 3:25,34-43; Mzm. 25:4bc-5ab,6-7bc,8-9; Mat. 18:21-35.

"Allah selalu mengampuni kita jika kita mengampuni orang lain". Itulah kata-kata yang disampaikan Paus Fransiskus dalam homilinya pada Misa harian Selasa pagi 6 Maret 1818 di Casa Santa Marta, Vatikan.

Paus Fransiskus mendasarkan homilinya pada Bacaan Pertama liturgi hari itu (Dan 3:25,34-43) yang menceritakan Azarya, yang dilemparkan ke dalam perapian yang menyala-nyala karena menolak untuk menyangkal Tuhan, tidak marah kepada Allah atas penyiksaan yang ia alami, ia tidak menggugat kesetiaannya kepada Tuhan. Sebaliknya, ia bersikeras mewartakan keagungan-Nya. Dan dengan melakukan hal itu, ia menyentuh segi pokok kehidupan kristiani, "Engkau senantiasa telah menyelamatkan kami, tetapi sayangnya kami telah berdosa". Azarya - dalam prakteknya - mempersalahkan dirinya dan bangsanya.

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA 5 Maret 2018 : IMAN DAN AGAMA BUKANLAH SEBUAH PERTUNJUKAN, TETAPI SABDA ALLAH YANG BERTINDAK DI DALAM HATI KITA

Bacaan Ekaristi : 2Raj. 5:1-15a; Mzm. 42:2,3;43:3,4; Luk. 4:24-30.

Selama Masa Prapaskah, Gereja membuat kita merenungkan pertobatan perbuatan dan perasaan kita, bersamaan dengan cara kita berpikir. Oleh karena itu, Paus Fransiskus menekankan bahwa "agama dan iman bukanlah sebuah pertunjukan, tetapi Sabda Allah bertindak di dalam hati kita". Itulah pokok homili Paus Fransiskus dalam Misa harian Senin pagi 5 Maret 2018 di Casa Santa Marta, Vatikan.