Liturgical Calendar

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA 17 April 2018 : GEREJA MEMBUTUHKAN PARA NABI

Bacaan : Kis 7:51-8:1a; Mzm 31:3c-4.6ab.7b.8a.17.21ab; Yoh 6:30-35

Dalam homilinya pada Misa harian Selasa pagi 17 April 2018 di Casa Santa Marta, Vatikan, Paus Fransiskus merenungkan Bacaan Pertama liturgi hari itu (Kis 7:51-8:1a) yang menceritakan Stefanus menuding orang-orang, tua-tua dan para ahli Taurat sebagai orang-orang yang keras kepala yang selalu menentang Roh Kudus, sama seperti nenek moyang mereka, mereka menganiaya para nabi.


Paus Fransiskus mengatakan bahwa orang-orang itu tidak memiliki hati yang terbuka, mereka tidak mau mendengarkan Stefanus dan mereka tidak mengingat sejarah Israel. Sama seperti nenek moyang mereka menganiaya para nabi - kata Paus Fransiskus - tua-tua dan para ahli Taurat tersebut yang begitu marah bergegas menuju Stefanus, menyeretnya keluar kota dan mulai melempari dia.

“Ketika nabi berbicara kebenaran dan menyentuh hati, atau hati terbuka atau membatu, kemarahan dan penganiayaan dilancarkan”, beliau mengatakan. “Itulah bagaimana akhir kehidupan seorang nabi”. “Terkadang kebenaran tidak mudah untuk didengarkan”, Paus Fransiskus menunjukkan bahwa “para nabi selalu harus berurusan dengan penganiayaan karena mengatakan kebenaran". Seorang nabi sejati, beliau melanjutkan, adalah orang yang tidak hanya berbicara kebenaran, tetapi mampu menangisi umat yang berpaling dari kebenaran.

Lalu Bapa Suci mengingat Yesus yang, di satu sisi menegur umat-Nya dengan keras menyebut mereka sebagai "generasi yang jahat dan tidak setia" serta di sisi lain, menangisi Yerusalem. Seorang nabi sejati adalah orang yang mampu menangisi umatnya tetapi pada saat yang sama mengatakan hal-hal yang kuat secara langsung.

Mengembangkan pokok bahasannya lebih lanjut, Paus Fransiskus menggambarkan seorang nabi sejati sebagai seseorang yang juga mampu memberi harapan : “Membuka pintu hati, menyembuhkan hingga ke akar-akarnya, memperkuat rasa memiliki umat Allah guna berjalan maju.

“Seorang nabi tahu kapan harus memarahi tetapi tahu juga cara membuka pintu untuk harapan. Seorang nabi sejati mengambil resiko”, beliau mengatakan.

Mengingat Stefanus yang dihukum mati di bawah pandangan mata Saulus berkaitan erat dengan kebenaran, Paus Fransiskus mengutip dari salah seorang Bapa Gereja Perdana dengan mengatakan : “darah para martir adalah benih umat kristiani”.

“Gereja membutuhkan para nabi. Terlebih lagi : Gereja membutuhkan kita masing-masing untuk menjadi para nabi, bukan para pengecam ... hal ini adalah sesuatu yang lain”, beliau mengatakan.

Barangsiapa yang hanya mengecam dan tidak pernah senang dengan apa pun bukanlah seorang nabi, Paus Fransiskus menjelaskan. Seorang nabi adalah orang yang berdoa, memandang Allah, memandang umatnya dan ketika umat berbuat salah, ia menangis.

“Semoga pelayanan kenabian ini tidak pernah kurang di dalam Gereja, Paus Fransiskus mengakhiri homilinya, agar dapat selalu berjalan maju”.

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.